Ulah Tomcat di Sekujur Bumi

Diposting oleh jokeprix

Muncul di Afrika, bikin heboh di Iran dan China.

Meski kecil seperti semut -- panjang sekitar 7-8 milimeter-- serangga merah-hitam ini jangan dianggap enteng. Tercatat, ribuan orang di dunia kapok “dikerjain” makhluk pecinta cahaya lampu ini.

Nama latin serangga itu Paederus riparius, di tubuhnya mengandung racun Paederin (C24 H43 O9 N). Di Indonesia dia disebut Tomcat, mungkin kalau berjalan ekornya terangkat sehingga mirip pesawat tempur F-14 Tomcat. Di Malaysia, serangga ini disebut Semut Kayap.

Sebetulnya serangga ini tak menggit, atau pun menyengat. Yang berbahaya cairan racun di tubuhnya itu. Jika terpencet, maka racun berkonsentrasi 12 kali lebih tinggi dari bisa ular Kobra, akan menimbulkan radang di kulit, gatal, panas dan melepuh. Kedokteran menyebutnya sebagai paederus dermatitis.

Repotnya, jika tak segera ditangani ruam itu bengkak, dan terkadang bernanah. Kalau digaruk, dan bentolan itu pecah, maka racunnya akan menyebar ke tempat lain. Ruam akan hilang dalam waktu 10-12 hari, dan meninggalkan bekas di kulit.

Satu artikel di South African Medical Journal, Agustus 2011, menyebut wabah ini telah ada sejak permulaan sejarah. Bahkan, menurut tulisan di jurnal ini, wabah ketiga dan keempat di Mesir yang disebutkan di Alkitab pada Surat Keluaran di Perjanjian Lama diyakini adalah ruam karena racun Tomcat.

Wabah Tomcat, menurut jurnal itu, pertama kali tercatat terjadi di Afrika pada 1915 dan berhasil terdokumentasikan di Afrika Timur pada 1916. Serangga yang juga disebut Lalat Nairobi ini juga menyerang Kinshasa, Kongo, pada 1921. Lalu Freetown, Sierra Leone, pada 1925. India diserang Tomcat pada 1933, Sudan pada 1958, Malawi dan Namibia pada 1962.

Pada 2002, serangga ini beraksi di Penang, Malaysia. Ribuan orang penghuni apartemen dan asrama mahasiswa di Penang terkena dermatitis. Pada 2008, epidemi Tomcat terjadi di wilayah sama, menyerang 156 orang di Tanjung Bungah dan Praya Terubong, serta desa Wawasan di Sungai Rambai, Permatang Pauh dan Bagan Lalang.

Epidemi Tomcat di Penang terjadi di wilayah yang dikelilingi sawah dan di lapangan sekolah. Tomcat senang cahaya lampu, itulah yang membuat serangga kecil ini kerap berkerubung di daerah terang.

Biasanya, serangga ini hidup di daerah kering, semisal persawahan atau lapangan. Ketika hujan turun dan menyebabkan air menggenang, Tomcat bermigrasi ke tempat kering dan hangat: rumah warga.

Pada 2009, epidemi Tomcat juga pernah dialami ratusan pekerja pabrik mainan di kota Chibi, China, 2009 silam. Menurut data Pusat Informasi Bioteknologi Nasional Amerika Serikat, dari 316 pekerja di pabrik, 68 menderita paederus dermatitis, dengan ruam merah di sekitar wajah dan leher.

Pemerintah China menurunkan tim medis dan para ahli parasit dari Fakultas Parasitology, Universitas Huazhong di Wuhan. Mereka mendata dan mencari tahu lingkungan hidup Tomcat, dan asal usul wabah itu. Para ahli menemukan, lokasi pabrik yang terang, lembab dan kotor membuat Tomcat betah singgah di pabrik itu.

Di Iran, koloni serangga yang agak malas terbang ini sempat berulah di Priovinsi Gulian, utara Iran. Selama enam bulan pada 2001, sebanyak 156 orang di provinsi itu dilaporkan menderita ruam akibat Paederin.

Puncak epidemi terjadi pada September tahun itu. Ada 15 persen pasien mengalami diffuse deskuamasi atau pengelupasan kulit merata, terutama di wajah dan leher. Kebanyakan penderita hidup di radius 1 km dari sawah, dan memakai penerangan lampu neon di rumah mereka. Pada 2001 itu, Iran pertama kali mencatat kasus Tomcat. Sebelumnya, Guilan diserang Tomcat setiap tahun. Terutama di musim panas dan semi.

Di India, Tomcat pernah membayangi warga selama setahun di wilayah Tamilnadi, India Selatan, saat musim kemarau panjang. Sedikitnya 123 pasien radang kulit dilaporkan petugas medis setempat. Kebanyakan penderita mahasiswa terkena racun serangga itu di asrama mereka, yang berada di dekat sawah.

Menyerang tentara AS
Ratusan tentara AS pernah dibuat repot oleh serangga ini. Departemen Dermatologi dari Pusat Medis Angkatan Laut San Diego dan Universitas California, dikutip dari Medscape News, menyebutkan banyak tentara AS terkena dermatitis saat mereka bertugas di Timur Tengah.

Militer AS bahkan menyamakan radang kulit akibat ulah oleh Tomcat serupa efek senjata kimia yang dilarang digunakan berperang, di antaranya mustard gas, lewisite dan herpes zoster.

Pada 2001, dilaporkan ada 191 tentara, sekitar 10 persen dari tentara Operation Enduring Freedom, terjangkit radang kulit saat bertugas di Pakistan. Sebanyak 30 pasukan khusus AS di Afganistan mengalami ruam kulit akibat Tomcat pada 2002. Pada 2007, giliran 20 tentara di pangkalan militer Balad, Irak, terkena gatal akibat ulah Tomcat.

Dermatitis biasanya menyerang tentara yang bekerja malam hari. Terutama serdadu yang berdiri dekat cahaya lampu. Mereka kerap dihinggapi serangga ini, dan tiba-tiba merasakan sensasi terbakar di wajah dan leher.

Ruam yang dialami awalnya berbentuk bulatan, dan kemudian membesar, menyebar di kulit. Setelah 7-10 hari, ruam sembuh, tapi meninggalkan bekas putih. Pasukan AS pun menyemprotkan insektisida mengandung permethrin di wilayah epidemi.

Mereka tidur memakai jaring nyamuk, mengoleskan obat anti serangga, dan menghindari tempat lembab yang disukai Tomcat. Cara lain: mengganti lampu dari neon ke berbahan sodium atau lampu halogen. Dua jenis lampu itu bersinar kuning dan oranye, dan Tomcat tak doyan warna itu.

Baik bagi tanaman
Meskipun Tomcat merugikan bagi kesehatan manusia, tapi serangga ini menguntungkan bagi tanaman ladang. Usia Tomcat lumayan singkat, 40-60 hari. Saat usia dewasa, dia menjadi predator karnivora.

Sebuah situs informasi perkebunan Amerika Serikat, basic-info-4-organic-fertilizers.com,bahkan memberikan saran bagaimana memancing serangga Tomcat agar bersarang di kebun. "Untuk memancing serangga ini ke kebun anda, tinggalkan sebidang tanah yang belum dibajak dan penuh rumput," tulis situs itu.

Serangga ini sangat aktif, dan bergerak sangat cepat. Walaupun bersayap, mereka lebih suka merayap di tanah, mencari mangsa. Makanya, serangga ini menjadi agen pengendali hama biologis di ladang dan sawah sejak 1919.

Tomcat menyantap segala macam serangga kecil, atau bakal serangga. Di antara pakannya adalah kutu, larva dan telur lalat, larva ngengat, siput, dan belatung, kesemuanya adalah hama bagi tanaman sayur, seperti kol dan bawang bombay.

Selain berguna mengendalikan hama tanaman, kehadiran Tomcat menjadi indikasi seberapa baiknya upaya pemulihan hutan. Beberapa ahli di Universitas Alberta, Kanada, meneliti dengan menggunakan Tomcat sebagai indikatornya.

Berdasarkan penelitian, pasca penggundulan hutan atau lahan, jumlah serangga Tomcat menurun drastis. Ketika masa pemulihan, serangga Tomcat tak mencapai jumlah maksimal seperti sebelumnya.

Ini menunjukkan usai penggundulan, hutan tak pernah sepenuhnya pulih seperti semula, meskipun hutan baru punya lebih banyak keragaman hayati. “Studi ini sangat penting. Hutan baru tak akan punya biota sama seperti hutan lama. Kita harus memastikan penanaman hutan kembali dengan baik dan terencana," kata Profesor John Spence, dari Universitas Alberta.

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar